Popular Post

Archive for 2015

By : Unknown
Acara Pelantikan gabungan yang diselenggarakan oleh PK IMM FKIP UM Metro dan PK D3 Sistem Informasi pada tanggal 14/05/2015 bertempat di Aula C UM Metro yang mengukuhkan IMMawan Syarifudin sebagai ketua umum PK IMM FKIP UM Metro dan IMMawan Podo Wiseso sebagai ketua umum PK IMM D3 Sistem Informasi UM Metro periode 2015-2016. Semoga estafet kepemimpinan PK IMM FKIP dan D3 Sistem Informasi lebih baik lagi dalam berdakwah di dalam maupun diluar kampus, harapan yang besar muncul dari segenap anggota IMM UM Metro yang mengharapkan IMM mampu menjalin kerjasama antara HMPS/UKM/Masyarakat, semoga harapan yang mulia ini dapat tercapai seperti motto IMM FKIP adalah "Bergerak Dalam Pencerahan Umat" .

By : Unknown
IMM NEWS. 
Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(PK IMM FKIP) menghadiri Pelantikan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Sejarah (HIMAS) UM Metro periode 2015-2016 di Aula Gedung C UM Metro yang diselenggarakan pada tanggal 25/04/2015. IMM menujukan komitmennya untuk menjalin hubungan baik dengan seluruh HMPS yang ada di UM Metro. Menurut salah satu kader IMM yaitu Damai "ini awal yang baik untuk HIMAS dan IMM untuk bersinergi membangun sebuah kerjasama antara HMPS dengan IMM, kita ketahui bahwasannya selama ini IMM dan HMPS terkesan jalan sendiri-sendiri, padahal menurut peraturan Universitas, IMM adalah Organisasi intra kampus, jadi HMPS harus bersinergi dan bekerjasama dengan IMM untuk memajukan kampus dan bisa menjadi pengerak perubahan di masyarakat pada umum nya" ,dari sini kita bisa melihat komitmen rekan-rekan IMM untuk ber Fastabiqul Khairat.
By : Unknown
Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kota Metro akan menyelenggarakan Musyawarah Cabang (MUSYCAB) Ke-22 pada tanggal 2-3 Mei 2015. Kawan-kawan IMM se kota metro sedang melaksanakan rapat guna membahas hal tersebut, rapat pada kali ini membahas tentang pengumpulan dana dan memasukan proposal ke amal usaha Muhammadiyah dan badan usaha yang ada di kota metro. 

By : Unknown
IMM Lampung salat berjamaah di depan kantor Gubernur Lampung, Selasa (7/4/2015)
Mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) melakukan sholat Dzuhur secara berjamaah ditengah-tengah mereka melakukan aksi memprotes kebijakan presiden Jokowi yang tidak pro dengan rakyat. Mahasiswa yang tergabung dengan IMM yang melakukan aksinya pada 7 April 2015 ini berasal dari seluruh wilayah yang ada di provinsi Lampung, mereka serempak turun kejalan karena rakyat sudah jenuh untuk menunggu kejelasan dari pemerintah, rakyat sudah merasa tercekik karena kenaikan harga BBM. Aspirasi yang dituntutkan oleh kawan-kawan IMM bukan hanya kepada pemerintah pusat tapi juga pemerintah daerah, kawan-kawan IMM mekritisi jalan-jalan di daerah lampung yang rusak dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap fasilitas umum tersebut.

Penulis: Damai Eka Herlambang
By : Unknown

Untuk memperingati milad IMM ke 51 tahun, PK IMM FKIP UM Metro mengadakan Lomba Cepat Tepat (LCT) tingkat mahasiswa. Para kader IMM FKIP sedang melakukan diskusi dalam rapat persiapan LCT yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2015, ini kali pertamanya IMM FKIP mengadakan LCT tingkat mahasiswa, materi yang akan dilombakan ada 5 bidang yaitu AIK/KMD, Pengantar Pendidikan, Bahasa Inggris, PKN/ Kewarganegaraan, Pengetahuan Umum. Peserta yang sudah mendaftarkan diri ada 15 regu yang berasal dari 5 prodi yang ada di FKIP antara lain, P. Matematika, P. Ekonomi, P. Biologi, P. Fisika, P. Bahasa Inggris.
By : Unknown
Calon kader baru IMM sedang melakukan aktifitas seperti biasa yaitu membaca Al-Qur'an, ini wujud dari sikap Religius kami. Kegiatan seperti ini sering dilaksanakan oleh PK IMM FKIP untuk menambah keimanan para calon kader baru, kegiatan ini dilaksanakan pada pagi hari ketika mereka piket di sekretariat IMM, tepatnya di kampus Universitas Muhammadiyah Metro. Semoga kita semua dapat menjadi contoh yang baik untuk keluarga kita maupun untuk orang lain dan semoga kita tetap istiqomah dalam jalan Allah SWT.
By : Unknown
Rapat pembentukan kepanitiaan Bakti Sosial yang akan diselenggarakan PK IMM FKIP Universitas Muhammadiyah Metro pada tanggal 26 September 2014, sasaran baksos kali ini adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Margatiga, kali ini calon kader baru IMM dipercayai untuk menjadi tim pelaksana lapangan, baksos kali ini diberi tema "Bersatu Dalam Ikatan dan Selalu Berkarya", kegiatan ini adalah salah satu bentuk keprihatinan para anggota IMM khususnya PK IMM FKIP, melihat didaerah tersebut masih membutuhkan uluran tangan kita semua, dan ini adalah bentuk dari action untuk merekrut calon-calon kader yang ada di UM Metro. Dalam rapat tersebut banyak sekali masukan-masukan dari calon kader baru, mereka menginginkan baksos kali ini dapat berkesan untuk penerima dan untuk calon kader baru. Semoga acara tersebut diridhoi oleh Allah SWT. dan mari bersama-sama untuk berbuat dalam kebaikan.
By : Unknown
Kader IMM FKIP berfoto bersama anak-anak penerima bantuan baksos
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau yang sering disebut IMM kali ini mengadakan kegiatan yg bersifat sosial, kawa-kawan IMM dari PK IMM FKIP Universitas Muhammadiyah Metro melakukan Bakti Sosial (Baksos) , sasaran baksos pada kali ini adalah masyarakat yang ada di sekitaran Desa Negeri Jemanten, Kecamatan Margatiga, Kabupaten Lampung Timur. Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro, dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Margatiga. Dalam Kegiatan ini IMM dibantu oleh siswa yang berasal dari SMP Muhammadiyah Margatiga dan SMK Muhammadiyah Margatiga, mereka saling bergotong royong untuk menyalurkan sembako yang sudah dikemas rapi oleh kawan-kawan IMM FKIP UM Metro.
By : Unknown
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah gerakan Mahasiswa Islam yang beraqidah Islam bersumber Al-Qur’an dan As-Sunah. IMM didirikan pada tanggal 29 Syawal 1384 H bertepatan dengan tanggal 14 Maret 1964 M di Yogyakarta untuk waktu yang tidak terbatas.

Kelahiran IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah,   dan juga bisa  dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk  memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan.
Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lain ialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102):


  1. Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal,   serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
  2. Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk  saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politikummat Islam yang semakin buruk.
  3. Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
  4. Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
  5. Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama  dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
  6. Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
  7. Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan kesyirikan, serta semakin meningkatnya misionaris-Kristenisasi
  8. Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina   mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah  dimulai sejak lama. Semangat tersebut sebenarnya  telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi  Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan  Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934-1937). Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga besar  Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah juga sudah banyak memiliki amal usaba pendidikan tingkat menengah.
Gagasan pembinaan kader di lingkungan  mahasiswa datam bentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan kehendak  pendiri Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan  bahwa dari kallan nanti akan ada yang jadi dokter, meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada   Muhammadiyah (Suara Muhammadiyah, nomor 6  tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19). Dengan   demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah  memikirkan bahwa kader-kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke Muhammadiyah.
Namun demikian, gagasan untuk menghimpun dan membina mahasiswa di lingkungan  Muhammadiyah cenderung terabaikan, tantaran  Muhammadiyah sendiri belum memiliki perguruan   tinggi. Belum mendesaknya pembentukan wadah kader di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah  saat itu juga karena saat itu jumlah mahasiswa yang ada di lingkungan Muhammadiyah betum terialu banyak. Dengan demikian, pembinaan kadermahasiswa Muhammadiyah dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa putera dan metalui Nasyiatul Aisyiyah  (1931) untuk mahasiswa puteri.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 pada  tahun 1950 di Yogyakarta, dihembuskan kembali keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Namun karena berbagai macam hat, keinginan tersebut belum bisa diwujudkan,sehingga gagasan untuk dapat secara langsung membina dan menghimpun para mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah tidak berhasil Dengan demikian, keinginan untuk membentuk wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah juga masih jauh dari kenyataan.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 tahun 1956 di Palembang, gagasan pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah baru bisa direalisasikan. Namun gagasan untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan belum bias diwujudkan. Untuk mewadahi pembinaan terhadap mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja sama dengan Pemuda Muhammadiyah.
Gagasan untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah dalam satu himpunan setidaknya telah menjadi polemik di lingkungan Muhammadiyah sejak lama. Perdebatan seputar kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah  berlangsung cukup sengit, baik di kalangan Muhammadiyah sendiri maupun di kalangan gerakan mahasiswa yang lain. Setidaknya, kelahiran IMM sebagai wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi, baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dari kalangan gerakan mahasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di kalangan Muhammadiyah sendiri pada awal munculnya gagasan pendirian IMM terdapat anggapan bahwa IMM belum dibutuhkan kehadirannya dalam Muhammadiyah, karena Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah masih dianggap cukup mampu untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah.
Di samping itu, resistensi terhadap ide kelahiran IMM pada awalnya juga disebabkan adanya hubungan dekat yang tidak kentara antara Muhammadiyah dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hubungan dekat itu dapat ditihat ketika Lafran Pane mau menjajagi pendirian HMI. Dia bertukar pikiran dengan Prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokoh Muhammadiyah), dan dia setuju. Pendiri HMI yang lain ialah Maisarah Hilal (cucu KHA. Dahlan) yang juga seorang aktifis di Nasyi'atul Aisyiyah.
Bila asumsi itu benar adanya, maka hubungan dekat itu selanjutnya sangat mempengaruhi perjalanan IMM, karena dengan demikian Muhammadiyah saat itu beranggapan bahwa pembinaan dan pengkaderan  mahasiswa Muhammadiyah bisa dititipkan metalui HMI (Farid Fathoni, 1990: 94). Pengaruh hubungan dekat tersebut sangat besar bagi kelahiran IMM. Hal ini bisa dilihat dari perdebatan tentang kelahiran IMM. Pimpinan Muhammadiyah di tingkat lokal seringkali menganggap bahwa kelahiran IMM saat itu tidak diperlukan, karena sudah terwadahi dalam Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah, serta HMI yang sudah cukup eksis (dan mempunyai pandangan ideologis yang sama). Pimpinan Muhammadiyah pada saat itu lebih menganak- emaskan HMI daripada IMM. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya pimpinan Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun kelembagaan, yang memberikan dukungan pada aktivitas HMI. Di kalangan Pemuda Muhammadiyah juga terjadi perdebatan yang cukup sengit seputar kelahiran IMM. Perdebatan seputar kelahiran IMM tersebut cukup beralasan, karena sebagian pimpinan (baik di Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyi'atul Aisyiyah, serta amal-amal usaha Muhammadiyah) adalah kader-kader yang dibesarkan di HMI.
Setelah mengalami polemik yang cukup serius tentang gagasan untuk mendirikan IMM, maka pada tahun 1956 polemik tersebut mulai mengalami pengendapan. Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio operasional pendirian IMM dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98). Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah secara formal membentuk kader terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun itu telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak harus mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI). Ketiga, perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan. Keempat, keputusan Muktamar Muhammadiyah bersamaan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah.
Baru pada tahun 1961 (menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta) selenggarakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta (saat itu, Muhammadiyah sudah mempunyai perguruan tinggi Muhammadiyah sebelas buah yang tersebar di berbagai kota). Pada saat itulah, gagasan untuk mendirikan IMM digulirkan sekuat-kuatnya. Keinginan tersebut ternyata tidak hanya dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, tetapi juga dari kalangan mahasiswa di berbagai universitas non-Muhammadiyah. Keinginan kuat tersebut tercermin dari tindakan para tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah untuk berdiri sendiri. Oleh karena itu, lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh Margono (UGM, Ir.), Sudibyo Markus (UGM, dr.), Rosyad Saleh (IAIN, Drs.), sedangkan ide pembentukannya dari Djazman al-Kindi (UGM,Drs.).
Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal Yogyakarta.
Tiga butan setelah penjajagan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah meresmikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tanggal 29 Syawal 1384 H atau 14 Maret 1964 M. Penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dilakukan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, yaitu KHA Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatanganan 'Enam Penegasan IMM' oleh KHA. Badawi, yaitu:
  1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan  mahasiswa Islam.
  2. Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah  adalah landasan perjuangan IMM
  3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahesiswa dalam Muhammadiyah
  4. Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan,  serta dasar dan falsafah negara
  5. Menegaskan bahwa ilmu adalá amaliah dan  amal adalah ilmiah
  6. Menegaskan bahwa amal WJA aMah lillahi  ta'ala dan senantiasa diabdWan untuk kepentingan rakyat.
Tujuan akhir kehadiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk pertama kalinya ialah membentuk  akademisi Islam datam rangka metaksanakan tujuan Muhammadiyah. Sedangkan aktifitas IMM pada awal kehadirannya yang paling menonjol ialah kegiatan keagamaan dan pengkaderan, sehingga seringkali IMM pada awal kelahirannya disebut sebagai Kelompok Pengajian Mahasiswa Yogya (Farid Fathoni, 1990: 102).
Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai berikut :
  1. Turut memelihara martabat dan membela  kejayaan bangsa
  2. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
  3. Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan
  4. cita-cita pendirian Muhammadiyah Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna  amal usaha Muhammadiyah
  5. Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan.
Dengan berdirinya IMM lokal Yogyakarta, maka berdiri pulalah IMM lokal di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jember, Surakarta, Jakarta, Medan, Padang, Tuban, Sukabumi, Banjarmasin, dan lain-lain. Dengan demikian, mengingat semakin besarnya arus perkembangan IMM di hampir seluruh kota-kota universitas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan IMM dari organisasi di tingkat lokal menjadi organisasi yang berskala nasional dan mempunyai struktur vertikal.
Atas prakarsa Pimpinan IMM Yogyakarta, maka bersamaan dengan Musyawarah IMM se-Daerah Yogyakarta pada tanggal 11-13 Desember 1964 diselenggarakan Musyawarah Nasional Pendahuluan IMM seluruh Indonesia yang dihadiri oleh hamper seluruh Pimpinan IMM Lokal dari berbagai kota. Musyawarah Nasional tersebut bertujuan untuk mempersiapkan kemungkinan diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada bulan April atau Mei 1965. Musyawarah Nasional Pendahuluan tersebut menyepakati penunjukan Pimpinan IMM Yogyakarta sebagai Dewan Pimpinan Pusat Sementara IMM (dengan Djazman al-Kindi sebagai Ketua dan Rosyad Saleh sebagai Sekretaris) sampai diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama di Solo.
Dalam Musyawarah Pendahuluan tersebut juga disahkan asas IMM yang tersusun dalam 'Enam Penegasan IMM', Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMM, Gerak Arah IMM, serta berbagai konsep lainnya, termasuk lambang IMM, rancangan kerja, bentuk kegiatan, dan lain-lain

- Copyright © IMM FKIP UM METRO - Jl. Ki. Hajar Dewantara No. 114, Iringmulyo, Kota Metro - Powered by DAMAI - Designed by Damai Eka Herlambang -